Liputan6.com, Jakarta – Perusahaan teknologi kamera Insta360, memamerkan foto planet Bumi, yang diambil dari dengan kamera 360 derajat dari luar angkasa, yang diklaim pertama kalinya di dunia.
Insta360 sendiri memasang dua kamera Insta360 X2 ke satelit pada 16 Januari 2023 lalu, untuk kemudian diluncurkan sejauh 500 kilometer ke luar angkasa, dan berada di orbit Bumi.
“Ini adalah pertama kalinya kamera aksi 360 derajat mencapai luar angkasa, sebuah pencapaian luar biasa bagi Insta360,” tulis perusahaan asal Tiongkok ini di blog resminya, dikutip Kamis (7/12/2023).
Untuk pekerjaan ini, Insta360 menggandeng Media Storm dan perusahaan satelit SAR Spacety, dan memulai pekerjaan pada Juli 2021. Proyek ini membutuhkan waktu 12 bulan untuk modifikasi action cam, termasuk enam bulan penelitian dan pengembangan.
Satelit bertenaga surya ini awalnya dijadwalkan meluncur pada tahun 2022 tetapi harus ditunda karena COVID-19. Satu tahun kemudian, Insta360 X2 berhasil diluncurkan ke luar angkasa.
Material dari X2 pun harus yang tahan terhadap panas dan dingin ekstrem. Satelit ini mengelilingi Bumi setiap 90 menit, bergerak antara daerah tropis dan kutub pada suhu minus 70 derajat sampai 50 derajat Celsius.
Kamera aksi tersebut juga harus tahan terhadap radiasi. Berbeda dengan di Bumi, lingkungan di luar angkasa sama sekali tidak terlindungi oleh atmosfer.
Partikel berenergi tinggi di ruang angkasa dapat dengan cepat membakar komponen elektronik, sesuatu yang hampir mustahil untuk dicegah. Kamera juga membutuhkan desain khusus untuk membuatnya tahan guncangan dan getaran.
Perangkat Harus Dimodifikasi
Karena tidak ada orang untuk mengatur kamera, perangkat juga harus tahan terhadap benturan serius. Penting juga agar struktur satelit tidak menutupi lensa sehingga X2 dapat memotret rekaman 360 derajat dengan baik, dengan jahitan yang tepat.
Untuk mengatasi ini, para engineer harus memodifikasi lensa, motherboard, dan lainnya untuk memastikannya bertahan dalam iklim ekstrem.
Menurut perusahaan, pengujian dilakukan dalam simulasi kondisi yang serupa luar angkasa, mengingat para engineer tidak akan bisa pergi ke sana. Mereka melakukan ribuan pengujian, termasuk kotak suhu tinggi dan rendah, simulasi vakum, dan pengujian radiasi.
Radiasi juga dapat mempengaruhi lem yang digunakan untuk menyegel X2, dan lingkungan vakum dapat menyebabkan lensa kamera kehilangan tekanan, sehingga menghasilkan resolusi dan kualitas gambar yang buruk.
Para engineer pun memodifikasi cangkangnya dengan aluminium kelas penerbangan seri 7000 untuk memastikan kekuatan bodi kamera.
Semua bahan plastik dan lem yang digunakan pada kamera telah menjalani pengujian komprehensif, dan kamera dilapisi dengan lapisan kertas emas untuk mencegah kerusakan radiasi dari partikel berenergi tinggi.
Kamera dan Sensor Berfungsi Penuh
“Proyek ini berjalan dengan kerja keras, namun juga sedikit keberuntungan. Luar angkasa tidak dapat diprediksi, dan tidak ada perangkat keras atau perangkat lunak cadangan jika kamera mengalami masalah,” tulis Insta360.
“Untungnya, kamera dan sensornya masih berfungsi penuh dan menawarkan pemandangan luar angkasa yang menakjubkan.”
Spacety menyediakan jaringan komunikasi untuk mengambil rekaman dari perangkat, di mana kamera dan satelit dihubungkan dengan port USB Ethernet untuk transmisi, yang khusus diadaptasi untuk X2.
Satelitnya sendiri diprogram untuk berjalan selama dua tahun, kemudian secara otomatis meninggalkan orbitnya untuk terbakar di luar angkasa. Selama itu, satelit juga menampilkan pesan-pesan dari para fans dan karyawan Insta360.
Ini bukan pertama kalinya Insta360 melakukan eksperimen dengan memasangkan perangkat mereka ke kondisi yang tidak biasa.
Pada 2022, pakar elang Paul Kilma memasang Insta360 ke seekor elang, untuk mendapatkan pemandangan birds-view yang unik. Selain itu, di 2023 juga, Karman Space memasang Insta360 X3 ke balon cuaca Eclipse, lalu mengirimkannya sejauh 86.000 kaki (26 km) ke stratosfer.